Mau Dibawa Kemana PSSI kita?

Agak memelintir judul lagu sih, tapi itu merupakan kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi terkini dari apa yang menimpa pada organisasi pembinaan sepakbola nasional, yaitu PSSI.

Sebagaimana diketahui bersama, bahwa Kongres PSSI yang diadakan pada tanggal 20 Mei 2011 yang lalu mengalami kebuntuan, sebagai akibat dari ngototnya para peserta kongres dalam menyikapi tidak bisa majunya kandidat Ketua & Wakil Ketua PSSI yaitu bapak George Toisutta dan Arifin Panigoro [yang kemudian disebut dengan Kelompok 78, karena ada 78 Pengprov, Pengda dan klub yang memiliki hak suara yang mengajukan kandidat yang dimaksud].

Setelah melalui adu pendapat dari masing – masing pihak kenapa kelompok 78 tetap bersikukuh serta yang mengecam aksi dari kelompok 78 tersebut, akhirnya melalui tayangan Lensa Olahraga pagi hari ini terkuak, [khususnya untuk Pengprov PSSI Papua] seperti yang disampaikan oleh Sekum Pengprov Papua yang juga dikabarkan menjadi Juru Bicara dari Kelompok 78, Bapak Usman Fakaubun, mereka dijanjikan uang pembinaan sebesar Rp. 1 Milyar rupiah dan fasilitas akademi sepakbola lengkap berstandar internasional.

Jujur, respond yang pertama keluar dari saya adalah WHAT? Karena secara logika, ada beberapa point yang seharusnya dipertimbangkan oleh para pengurus yang tergabung dalam Kelompok 78 tersebut, terhadap efek yang terjadi. Point – point yang dimaksud tersebut adalah: [efek sebagai sanksi FIFA tentunya]

1. Kiprah dari Sriwijaya FC dan Persipura dalam Piala AFC [kita coret mengenai kiprah SFC pasca kalah dari Chonburi FC di laga tunggal perdelapanfinal Piala AFC] akan terhenti di babak berikutnya.

2. Nasib Garuda Muda yang tergabung di TimNas U-23 yang sedang melakukan seleksi yang berat & baru saja menyelesaikan salah satu tahapan yang cukup penting di BatuJajar

3. Kejuaraan Piala AFF U-23, yang akan digelar tanggal 6 – 16 Juli 2011 di Palembang

4. Nasib tim yang menjuarai dan berada di 3 besar Indonesian Super League musim ini dalam menatap laga Piala Champion Asia & kualifikasinya beserta Piala AFC di musim depan

5. Bubarkan saja kompetisi yang ada apabila wacana yang berkembang adalah: tidak ada masalah di banned [hukum – red] oleh FIFA karena masih bisa berkompetisi secara lokal. Apa tidak lebih baik dibubarkan dan bikin ajang kompetisiTARKAM di semua daerah yang ada di negeri ini.

6. APBD dihapus? Sepertinya moment itu akan jadi sia – sia dengan suasana tidak pasti yang melingkupi PSSI setelah kongres yang deadlock kemarin.

7. Serta yang terakhir perkembangan dan “nasib” para pemain senior dan yunior yang memberikan nafkah dari lapangan sepakbola dengan suasana yang tidak jelas dan diperparah dengan sanksi yang akan diberikan FIFA nantinya. 

Saya pribadi mempertanyakan komitmen dan moralitas para pemegang suara yang  [katanya] tergabung dalam Kelompok 78. Apakah mereka mempertimbangkan kepentingan nasional ketika mengambil keputusan untuk tetap mengusung duet kandidat yang dilarang oleh FIFA? 

Jangan menghitung DC [damage cost] yang nantinya bapak – bapak tidak terima, namun yang menjadi perhatian adalah besarnya biaya secara keseluruhan yang harus ditanggung dan itu tidak hanya sekedar materi namun juga akan berdampak kepada psikologis para pelaku sepakbola [khususnya pemain] nasional.

Satu hal yang perlu diperhatikan, apabila lapangan sepakbola masih berbentuk persegi empat dengan panjang 91.4 meter dan lebar 54.8 meter. Pada kedua sisi pendek, terdapat gawang sebesar 24 x 8 kaki, atau 7,32 x 2,44 meter serta Rules of Game dan lembaga tertinggi internasionalnya FIFA, mau tidak mau, suka atau tidak, kita harus mengikuti aturan main yang ada.

Sebenarnya sih sudah agak malas untuk mengikuti perkembangan yang terjadi, namun mencoba untuk bersikap apatis kok ya selalu kepikiran. Kalaupun mau peduli, apakah suara orang awam seperti saya akan didengar? Mau lebih ekstrem? Takutnya malah akan dicap sebagai pahlawan kesiangan.

Optimis lepas dari krisis? Wajib itu. Tapi melihat individu – individu yang terlibat didalamnya, kok ya berubah menjadi pesimis yang luar biasa.

Harapannya sederhana banget kok, PSSI berkembang menjadi lebih baik dengan didukung semua perangkat baik itu aturan dan individunya yang profesional dengan mengemban misi dan tujuan untuk mengembangkan dan membina potensi serta bibit pemain di semua tingkat umur dan level kompetisi.

Ibarat kata pepatah: lepas dari mulut buaya, haruskah masuk kedalam mulut harimau?

Maju terus sepakbola Indonesia!

Leave a comment